Hallo kawan-kawan ^^
Setelah membaca judul di atas anda pasti penasaran kan???(kalo Ga jg gpp sih Hehe...)
Yah memang judulnya sih agak menarik yah..., Biasanya kalo ditanya siapa sih orang yang
yang paling jenius?? rata-rata ngomongnya Albert Einstein, Da Vinci, Armadeus,
Michael Jackon (yang baru-baru ini menjadi almarhum) dan terkadang banyak orang yang ga tau malu ngomongnya, "Yah, Gue Donk.. So pasti, Gue Gitu Loch... Wkakkaka...." Pokoknya banyak deh haha ga bisa di sebutin satu-satu. Nah sebelum kita lanjut nih..., Pernah dengar yang namanya William James Sidis? nah... Kalo belum... Silahkan Baca...(Yang sudah jg Boleh^^;)...
Setelah membaca judul di atas anda pasti penasaran kan???(kalo Ga jg gpp sih Hehe...)
Yah memang judulnya sih agak menarik yah..., Biasanya kalo ditanya siapa sih orang yang
yang paling jenius?? rata-rata ngomongnya Albert Einstein, Da Vinci, Armadeus,
Michael Jackon (yang baru-baru ini menjadi almarhum) dan terkadang banyak orang yang ga tau malu ngomongnya, "Yah, Gue Donk.. So pasti, Gue Gitu Loch... Wkakkaka...." Pokoknya banyak deh haha ga bisa di sebutin satu-satu. Nah sebelum kita lanjut nih..., Pernah dengar yang namanya William James Sidis? nah... Kalo belum... Silahkan Baca...(Yang sudah jg Boleh^^;)...
Mungkin
nama William James Sidis in masih terdengar asing yah Hahaha... dan
Banyak orang yang saya tanya, " Tau James Sidis ga loe??" kebanyakan
bilangnya Siapa tuh??, Ga kenal..., Ha?? Pisang?? Yah gitu lah.
Siapakah manusia terjenius yang pernah dimiliki dunia? Mungkin Da
Vinci? John Stuart Mills? Atau Albert Einstein Kaya, Benarkah?
Ketiganya memang dianggap jenius-jenius besar yang telah memberikan
banyak pengaruh terhadap bidangnya masing-masing. Tapi gelar manusia
terjenius yang pernah hidup di bumi ini Kayanya lebih pantas dinobatkan
kepada William James Sidis. Siapakah dia? Kok orang jenius seperti ini
ga terkenal?. nama william sidis memang tidak terkenal, akan tetapi
taukah anda bahwa IQnya mencapai kisaran 250–-300?( Busyet itu kelewat
Pinter apa Idiot?) Saking geniusnya, dia sudah bisa makan sendiri
dengan menggunakan sendok pada usia 8 bulan (Ha...??!! Unbelieveable).
Pada usia belum genap 2 tahun, Sidis sudah menjadikan New York Times
sebagai teman sarapan paginya. Semenjak saat itu nama Sidis (Bocah 2
thn) menjadi langganan headline surat kabar : menulis beberapa buku
sebelum berusia 8 tahun, diantaranya tentang anatomy dan astronomy.
Pada usia 11 tahun Sidis diterima di Universitas Harvard, sebagai murid
termuda. Harvard pun kemudian terpesona dengan kejeniusannya ketika
Sidis memberikan ceramah tentang Jasad Empat Dimensi di depan para
professor matematika.
Lebih parahnya lagi : Sidis mengerti 200 jenis bahasa di dunia dan dia bisa menerjamahkannya dengan amat cepat dan mudah. Ia bisa mempelajari sebuah bahasa secara keseluruhan hanya dalam sehari !!!! Keberhasilan William Sidis adalah keberhasilan sang Ayah, Boris Sidis yang seorang Psikolog handal berdarah Yahudi. Boris sendiri juga termasuk seorang yang di segani dan memang ia pun adalah lulusan Harvard, murid psikolog ternama William James (Demikian ia kemudian memberi nama pada anaknya) Boris menjadikan anaknya sebagai contoh untuk sebuah model pendidikan baru sekaligus menyerang sistem pendidikan konvensional yang dituduhnya telah menjadi biang keladi kejahatan, kriminalitas dan penyakit. Siapa yang menyangka bahwa manusia sejenius William Sidis kemudian meninggal pada usia yang tergolong muda, 46 tahun - sebuah saat dimana semestinya seorang ilmuwan berada dalam masa produktifnya. Sidis meninggal dalam keadaan menganggur, terasing dan amat miskin. Ironisnya, Orang kemudian menilai bahwa kehidupan Sidis tidaklah bahagia. Popularitas dan kehebatannya pada bidang matematika malah membuatnya sangat tersiksa. Beberapa tahun sebelum ia meninggal, Sidis sempat mengatakan kepada pers bahwa ia membenci matematika - sesuatu yang selama ini telah melambungkan namanya. Dalam kehidupan sosialnya, Sidis hanya sedikit memiliki teman. Bahkan ia juga sering diasingkan oleh rekan sekampus yang mungkin iri terhadap kejeniusannya. Sidis juga tidak pernah memiliki seorang pacar ataupun istri. Gelar sarjananya tidak pernah selesai, ditinggal begitu saja. Ia kemudian memutuskan hubungan dengan keluarganya, mengembara dalam kesendirian, bekerja dengan gaji seadanya, dan mengasingkan dirinya. Ia berlari jauh dari kejayaan masa kecilnya yang sebenarnya adalah proyeksi sang ayah. Ia menyadarinya bahwa hidupnya adalah hasil pemolaan orang lain. Namun, kesadaran memang sering datang terlambat.
Memang sangat menyedihkan, karena ada keinginan kuat untuk lari dari pengaruh sang Ayah, untuk menjadi diri sendiri. Tapi apa kuasa Sidis?, Pers dan publik terlanjur menjadikan Sidis sebagai sebuah berita. Kemanapun Sidis berada, di situ pasti ada pers yang menunggunya. Pengaruh sang ayah sangat-sangat kuat membuat namanya terus melekat dalam diri Sidis. Sudah terlanjur tertanam sebagai sebuah bom waktu, yang kemudian meledakkan dirinya sendiri. Mungkin namanya akan di kenang dalam sejarah sebagai manusia terjenius di dunia dan manusia yang paling menyedihkan di dunia.
Lebih parahnya lagi : Sidis mengerti 200 jenis bahasa di dunia dan dia bisa menerjamahkannya dengan amat cepat dan mudah. Ia bisa mempelajari sebuah bahasa secara keseluruhan hanya dalam sehari !!!! Keberhasilan William Sidis adalah keberhasilan sang Ayah, Boris Sidis yang seorang Psikolog handal berdarah Yahudi. Boris sendiri juga termasuk seorang yang di segani dan memang ia pun adalah lulusan Harvard, murid psikolog ternama William James (Demikian ia kemudian memberi nama pada anaknya) Boris menjadikan anaknya sebagai contoh untuk sebuah model pendidikan baru sekaligus menyerang sistem pendidikan konvensional yang dituduhnya telah menjadi biang keladi kejahatan, kriminalitas dan penyakit. Siapa yang menyangka bahwa manusia sejenius William Sidis kemudian meninggal pada usia yang tergolong muda, 46 tahun - sebuah saat dimana semestinya seorang ilmuwan berada dalam masa produktifnya. Sidis meninggal dalam keadaan menganggur, terasing dan amat miskin. Ironisnya, Orang kemudian menilai bahwa kehidupan Sidis tidaklah bahagia. Popularitas dan kehebatannya pada bidang matematika malah membuatnya sangat tersiksa. Beberapa tahun sebelum ia meninggal, Sidis sempat mengatakan kepada pers bahwa ia membenci matematika - sesuatu yang selama ini telah melambungkan namanya. Dalam kehidupan sosialnya, Sidis hanya sedikit memiliki teman. Bahkan ia juga sering diasingkan oleh rekan sekampus yang mungkin iri terhadap kejeniusannya. Sidis juga tidak pernah memiliki seorang pacar ataupun istri. Gelar sarjananya tidak pernah selesai, ditinggal begitu saja. Ia kemudian memutuskan hubungan dengan keluarganya, mengembara dalam kesendirian, bekerja dengan gaji seadanya, dan mengasingkan dirinya. Ia berlari jauh dari kejayaan masa kecilnya yang sebenarnya adalah proyeksi sang ayah. Ia menyadarinya bahwa hidupnya adalah hasil pemolaan orang lain. Namun, kesadaran memang sering datang terlambat.
Memang sangat menyedihkan, karena ada keinginan kuat untuk lari dari pengaruh sang Ayah, untuk menjadi diri sendiri. Tapi apa kuasa Sidis?, Pers dan publik terlanjur menjadikan Sidis sebagai sebuah berita. Kemanapun Sidis berada, di situ pasti ada pers yang menunggunya. Pengaruh sang ayah sangat-sangat kuat membuat namanya terus melekat dalam diri Sidis. Sudah terlanjur tertanam sebagai sebuah bom waktu, yang kemudian meledakkan dirinya sendiri. Mungkin namanya akan di kenang dalam sejarah sebagai manusia terjenius di dunia dan manusia yang paling menyedihkan di dunia.
Sudah baca kan? kawan-kawan^^ Gmn Hayoo... mau ga jadi orang paling jenius di dunia??
Semoga bacaan ini bermanfaat^^
0 komentar:
Posting Komentar